Thursday 25 April 2013

Sinar Jumaat: Sifat-sifat Yang Diperlukan Dalam Memilih Sahabat

Disalin daripada kitab Pengajaran Bagi Orang-orang Mukmin daripada Ihya' Ulumuddin Imam Al-Ghazali oleh Al-Syeikh Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi Ad-Damasqi

Perlu kita ketahui tidak semua orang boleh dijadikan sahabat. Dalam perkara ini Rasulullah saw bersabda:

Ertinya:
"Seseorang itu menurut agama (jalan) kekasihnya, maka oleh sebab itu hendaklah kamu semua meneliti orang yang digaulinya."
                    (Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi)

  Oleh sebab itu sahabat yang hendak dipilih mestilah memiliki keistimewaan sifat-sifat yang baik dan disenangi untuk dijadikan sahabat. Pada dasarnya sifat-sifat itu ialah akal yang baik, berbudi pekerti, bukan termasuk golongan orang fasik dan bukan pula seorang yang sangat tamak dalam perkara keduniaan.

Perihal akal, ianya memang merupakan modal atau asas dalam kehidupan, sebab inilah yang  pertama sekali wajib diperhatikan untuk memilih sahabat. Bukankah tiada gunanya bersahabat dengan orang yang tamak atau kurang berakal, sebab ianya akan membawa perasaan yang tidak selesa dan perselisihan pendapat semata-mata, sekalipun persahabatan itu telah lama terjalin. Ada seseorang yang berkata bahawa memutuskan persahabatan dengan seseorang yang kurang akalnya itu adalah sebagai suatu  pengorbanan kepada Allah swt.


Perihal kebaikan budi pekerti mestilah menjadi perhatiannya, sebab barangsiapa yang jiwanya dapat dikalahkan oleh nafsu marah, syahwat, bakhil, pengecut atau penakut apalagi kalau hawa nafsu yang buruk itu sentiasa diturutkan, maka sama sekali tidak ada faedahnya bersahabat dengan manusia yang sedemikian.

Perihal orang fasik yang berterusan di dalam kefasikannya, maka mereka tidak layak untuk dijadikan sahabat, bahkan menyaksikan mereka, menimbulkan rasa acuh tak acuh dalam urusan kemaksiatan dan dapat melenyapkan jiwa yang benci kepada kemaksiatan. Lagipun seseorang yang tidak ada rasa takut kepada Allah swt itu mungkin akan melakukan penipuan atau kecurangan terhadap sahabatnya, juga tidak tetap persahabatannya, malahan sebaliknya yakni berubah-ubah pendiriannya kerana mengikut tujuan dan kehendaknya sebab ianya hanya menjurus kepada kepentingannya sendiri.

Dalam perkara ini Allah swt telah mengingatkan kepada kita dengan firmanNya:

Ertinya:
"Dan janganlah engkau mematuhi orang yang kami ketahui hatinya lalai daripada mengingati dan mamatuhi pengajaran Kami di dalam Al Quran, serta ia menurut hawa nafsunya."
                                                                                                                  (Al-Kahfi: 28)

Lagi firmanNya:

Ertinya:
"Oleh itu, janganlah engkau (wahai Muhammad) hiraukan orang yang berpaling dari pengajaran Kami, dan tidak mahu melainkan kehidupan dunia semata-mata,"
                                                                                       (An-Najm: 29)

Sementara itu Allah swt menganjurkan untuk bersahabat dengan seseorang yang dihuraikan dalam firmanNya:

Ertinya:
"Dan turutlah jalan orang-orang yang rujuk kembali kepadaKu (dengan tauhid dan amal-amal soleh)."
   (Luqman: 15)

Isi yang tersirat dan yang dapat difahami dari ayat-ayat di atas ialah merupakan larangan atau ancaman untuk orang fasik atau mereka yang bersahabat dengannya.



'Alqamah pernah memberikan wasiat kepada puteranya dan ia berkata: "Wahai anakku, jikalau engkau merasa perlu untuk bersahabat dengan seseorang, maka pilihlah yang mempunyai sifat-sifat ini, iaitu jikalau engkau melayaninya, ia suka melindungimu, jikalau engkau bersahabat dengannya, ia akan merupakan hiasan bagi dirimu dan jikalau engkau dalam keadaan kekurangan nafkah, ia mencukupi keperluanmu.

Pilihlah seorang sahabat yang apabila engkau menghulurkan tanganmu untuk memberikan jasa baik atau bantuanmu, ia suka menerima dengan rasa terharu, jikalau ia melihat kebaikan dari dirimu, ia suka menghitungnya dan dianggapnya sangat berguna, sedangkan jikalau ia mengetahui keburukan dari dirimu, ia menutupnya.

Pilihlah sahabat yang jika engkau meminta sesuatu daripadanya pasti ia beri, jikalau engkau diam, ia menyapamu dahulu dan jikalau ada suatu kesukaran dan kesedihan yang menimpa dirimu, ia membantu dan meringankan serta menghiburmu.

Pilihlah sahabat yang jikalau engkau berkata-kata, ia membenarkan ucapanmu dan selalu mempercayainya, jikalau engkau menghadapi sesuatu persoalan yang berat, ia membantumu menghadapinya, dan jikalau engkau berselisih faham dengannya, ia mengalah untuk kepentinganmu."

Saidina Ali r.a. berkata: "Saudaramu yang sebenar-benarnya ialah orang yang ada disampingmu. Ia suka menerjunkan dirinya dalam bahaya demi untuk kemanfaatanmu."

Itulah sahabatmu yang jikalau engkau dalam keadaan bimbang, ia selalu menjelaskan yang sebenarnya kepadamu. Ia berkorban mencurahkan tenaga dan kekuatannya untuk dapat bersama denganmu."


Abu Sulaiman Darami rahimahullah berkata: "Jangan sekali-kali engkau bersahabat melainkan salah satu dari dua orang ini. Pertama ialah orang yang dapat engkau ajak bersahabat dalam urusan duniamu dengan jujur dan kedua, orang yang apabila engkau bersahabat dengannya, engkau dapat menambah kemanfaatan dirimu dalam urusan akhiratmu. Jikalau engkau suka bersahabat dengan orang selain dua orang di atas itu, maka pastilah itu merupakan kedegilan dan kebodohanmu yang luarbiasa besarnya,"

Perlu diketahui sebagai penutup bahawa jangan sekali-kali memilih seseorang yang sangat tamak kepada dunia, sebab bersahabat dengannya itu adalah seumpama bermain dengan racun yang dapat membunuh diri, yang tidak mustahil akan ditelannya juga. Sebabnya demikian itu ialah kerana watak manusia itu suka meniru dan menyesuaikan dirinya dengan sesuatu yang sentiasa dilihatnya.

Bahkan tabiat manusia itu meniru tabiat orang lain tanpa disedari oleh pemiliknya sendiri.

Oleh sebab itu menjalinkan persahabatan dengan orang yang tamak kepada dunia menyebabkan hati kita menjadi tamak, dan sebaliknya menjalinkan persahabatan dengan seseorang yang zuhud terhadap dunia, akan menyebabkan zuhudnya hati kita. Maka itu dimakruhkan merapati, para pencari dan pencinta dunia dan dituntut merapati bersahabat dengan para alim ulama dan para ahli hikmat dan bijaksana.

Luqman pernah memberi nasihat dan puteranya dan berkata: "Hai anakku, duduklah rapat-rapat dengan para alim ulama, eratkanlah dirimu dengan kedua lututnya, sebab hati nurani itu hidup dengan adanya hikmat sebagaimana hidupnya bumi yang mati disebabkan hujan yang lebat."


Semoga perkongsian ini memberikan manfaat dan kebaikan kepada kita semua. Siru ala barakatillah.  


No comments:

Post a Comment